Jumat, 15 Februari 2013

Something Rememmber


Aku mengingatmu. . . .

Wahai sahabat kecil ku apa kau mengingatku disini. . . .
Sejak saat itu.., saat kau pergi meninggalkan kota ini kita tak lagi main bersama, tertawa bersama, bahkan aku tak dapat melihat mu menagis karena sering q jahilin.
Terakhir kali sebelum kau pergi dibawah pohon jambu, kaki mu terluka akibat kita bermain api, yang membakar kain payung  yang terbuat dari plastik tanpa tau akibatnya terkena kaki mu, ibu mu mencari tapi kita tetap  bersembunyi dibawah pohon jambu di depan rumah q, dan kau menangis menahan sakit.... dan Aku terdiam melihatmu,,, teringat jelas dalam ingatanku, masih ada kah luka bakar yang membekas di kaki mu itu. . .

Pada akhirnya ketahuan juga, ibu mu bertanya main apa kalian tadi,,,  kami berdua terdiam. Kami tahu kesalahan kami. Selang waktu beberapa hari ternyata itu adalah hari terakhir q bertemu dengan mu, karena dirinya harus ikut orang tuanya pindah kerja di luar kota, mereka sekeluarga pindah. Aku tak lagi bisa melihat, tawanya, marahnya, dan senyumnhya yang jutek, hari-hari berlalu, bulan berganti, tahun demi tahun aku tak tahu kabarnya,,,
Namun q tetap menginggatnya, Suatu saat ia kembali ke kota ku untuk berkunjung bersama keluarga nya, ia sempat mampir datang  ke rumah ku, apa daya q tak ada d rumah, aku bermain bersama teman-teman tetangga ku, yang dulunya juga ia kenal tappi tidak begitu dekat, ada yang memberitahu q bahwa ia datang.... ibu berkata itu si dia datang , pulanglah dulu, tapi q tak mau pulang, q masih asik main  bersama teman tetangga ku, q pun bercerita kalau dia yang datang itu teman kita dulu yang sering main bersama, tapi aku malu jika harus bertemu dengannya, tanpa sadar ia menyusul menemui ku ketika itu...... tanpa menghiraukannya  ia berjalan menghampiri q tubuh yang kurus, kemeja hijau kotak-kotak dan  celana panjang hitam, ia kembali pulang, Maaf.......... bukan maksud q begitu pada mu.
Hingga saat itu dia tak pernah lagi kembali berkunjung dan pulang kekota q. apalagi datang kerumah q.
Namanya tak pernah hilang dalam benak q, aku meranjak remaja dan dewasa, kelas 3 SMA q dengar ia pindah sekolah kembali ke kota ku bersama keluarganya, kami tak 1 sekolah, bertemu juga tidak pernah, tak pernah lagi kami menyapa, melihat, bahkan orangnya pun aku tau,,, dan  akhirnya lulus sekolah, karena ia lebih tua dari q ia bekerja sambil kuliah. Dunia sosial maya pun begitu membantu q mencarinya, mencari namanya yang tak kunjung ku temukan....
Selang waktu, q menyerahhhh, ya sudahlah suatu saat pasti kelak akan bertemu, akhirnya aku menemukannya, q tak tau itu namanya aslinya, aku tak pernah tau selama ini,,, nama adiknya pun yang biasa dulu bermain bersama adikku dan aku, Aku tambahkan ia sebagai teman, tapi ia pun  tak tau kalau itu q,,,, swuatu ketika ia menulis kan sebuah pesan, meski itu di terima oleh adikku, dan adikku memberitahu q, sampai akhirnya ia bertanya dan berkata,,, ini kamu, teman masa kecil dulu....

Aduhhhh rasanya ya itu,,,,,,,,,,,,,,,,hmmmmm
Aku tak tahu, sejak kapan aku menyukainya. Setiap ku tatap senja, hatiku selalu mengingatkan pada sesuatu yang aku tidak ketahui sama sekali. Sepertinya kisah itu indah, tapi kenapa aku tidak bisa mengingatnya?? Atau aku hanya bermimpi. Ini seperti ilusi, mungkin aku berkhayal terlalu tinggi. Dan aku takut aku akan terjatuh dari hanyalan semu itu. 

Mengingat wajahnya samar-samar nama kecilnya, namun bayangan masa kecil itu selalu menghantui. Setiap melihat anak kecil bermain di bawah pohoon ini aku selalu senang, ada kecerian di wajah mereka. Meski sering kali mereka berantem. Teman kecilku, dimana kau kini, lama kita tidak pernah bertemu. Akankah kita akan bertemu suatu hari nanti. Namun apakah engkau masih mengingatku?? 

Apa kabar kau disana?
Masihkah kau ingat dengan saat kita bermain bersama? Masihkah kau juga mengingatku? Perempuan yang pernah mengisi dunia masa kecilmu, dulu?
Namun sampai kapan aku harus di sini, menatap senja yang terus berganti dari sudut rumah q menatap ke arah rumahnya yang tepat di depan sudut rumah q . Pohon jambu di halaman depan rumah ku itu t’lah di tebang dan kini tak ada lagi pohon jambu...Aku sendiripun tidak tahu siapa dirimu kini, yang aku tahu engkau hanya teman bermain q dulu. Waktu itu umurku masih 5 tahun dan sekarang sudah 22 tahun. Berapa lama aku melupakan teman kecilku itu. Q pernah merasa bosan mengingat kamu selama ini, melupakan mu adalah hal terlalu sulit,,, untuk mengingat wajahnya, namun nama kecilnya yang q ingat. Ah sudahlah, semoga suatu saat nanti kita akan bertemu lagi. Buat apa lagi aku harus disini, di kebisuan dan kesepian hati.
Apakah segala cerita tak berkesan sama sekali menurutmu, hingga begitu mudahnya kau lupakan? Apa segala kisah tentang masa kecil kita di tak pernah kau anggap mengesankan menurutmu, hingga begitu mudahnya kau abaikan?
Kamu, musuh sekaligus teman masa kecilku yang saat ini masih terlihat lugu dimataku. Dulu, aku dan kamu adalah ibarat ‘Tom & Jerry’ yang selalu berselisih setiap hari. Kau tentu masih ingat, ketika q ikut mengantarkanmu pergi sekolah bersama om (ortumu) menggunakan sepeda motor dan q duduk di depan dengan PD_nya q bilang q ikut, mulut kita saling beradu mengolok-olok satu sama lain, ketika aku sering mengejar dan meninju bahumu dengan kasar, kau tentu juga masih ingat ketika kita bermain di bawah pohon jambu.
Aku masih mengingat semuanya. Si gadis kecil nakal, dan si lelaki kecil yang Pendiam, jutek dan jarang main keluar. . . Ah! Begitu manis untuk di deskripsikan.
Tapi, tahukah kau? Adakah musuh yang bisa membuat seseorang merasa gelisah bila seharian saja ia tak bertengkar dengan musuhnya?
Hal itu, adalah hal yang sama yang pernah kurasakan. Ketika seharian aku tak mendengar suaramu, tak melihat sosokmu dan tak bisa berselisih denganmu lagi, saat itulah aku mulai menganggapmu sebagai orang paling q ingat hungga saat ini. Apakah kamu juga merasakan hal yang sama sepertiku? :)
Kamu, si pendiam yang jarang main di luar rumah. Sedikit mengingatkanmu, barangkali kau lupa. Atau kamu masih mengingatnya? Seseorang yang pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal. . .Aku sering menganggapmu musuh, tapi seorang musuh yang selalu kupersepsikan spesial. Iya, sosokmu lebih pantas disebut sahabat dari pada seorang  rival. Aku bahkan terbiasa menghabiskan masa-masa kecil bersamamu disini. . Kita bermain, saling mengolok, dan berbuat onar apa saja yang kita suka, itu semua istimewa. Aku menikmati masa kecilku bersamamu, harusnya kau tahu itu.
Hingga takdir memainkan skenario penuh milikNya, aku dan kamu bukan anak kecil lagi. Kamu bukan si culun dan aku bukan si preman seperti yang pernah kau katakan. Aku tak bisa seperti anak kecil lagi yang tiap kamu datang, pasti bersorak kegirangan hendak mengejar dan meninju bahumu. Sekarang, semua kisah telah berbeda.
Orang tua mu datang ke rumah ku, pamit karena kan pindah (ayahnya dan ayah ku berteman satu kantor), tapi kau menunduk tak sepatah kata pun kau ucapakan. Tolong jelaskan, kenapa hari itu, kamu pergi tanpa izin, tanpa ucapan selamat tinggal? Aku sungguh tak bisa berbuat apa-apa ketika kutahu kamu tak lagi tinggal. Setidaknya kau bilang, mengucapkan selamat tinggal. Meskipun tidak mungkin kau lakukan, Tapi apa salahnya?
Kamu tahu? Aku kehilanganmu. Aku kehilangan musuh sekaligus sahabat masa kecilku, dulu.  Nyatanya, aku masih saja mengingatmu, aku masih sempat menyelipkan namamu dalam doa. Semoga kau bahagia disana.
Aku tak pernah berharap banyak, selain kau pulang ke kota ini lagi, dan berharap kamu masih mengingatku sebagai sahabat masa kecilmu, dulu.
Terimakasih karena telah mewarnai dunia masa kecilku dengan penuh warna, mengesankan. Bisakah kita mengulang lagi masa-masa kecil kita yang menyenagkan seperti dulu ? :)
Diantara banyak pilihan  untuk menuliskan kata-kata
Aku justru menulis tentang sosokmu
Sesederhana itu
Isma_Rilitta