Aku mengingatmu. . . .
Wahai sahabat kecil ku apa kau
mengingatku disini. . . .
Sejak saat itu.., saat kau pergi
meninggalkan kota ini kita tak lagi main bersama, tertawa bersama, bahkan aku
tak dapat melihat mu menagis karena sering q jahilin.
Terakhir kali sebelum kau pergi
dibawah pohon jambu, kaki mu terluka akibat kita bermain api, yang membakar
kain payung yang terbuat dari plastik tanpa tau akibatnya terkena kaki
mu, ibu mu mencari tapi kita tetap bersembunyi dibawah pohon jambu di
depan rumah q, dan kau menangis menahan sakit.... dan Aku terdiam melihatmu,,, teringat
jelas dalam ingatanku, masih ada kah luka bakar yang membekas di kaki mu itu. .
.
Pada akhirnya ketahuan juga, ibu mu
bertanya main apa kalian tadi,,, kami berdua terdiam. Kami tahu kesalahan
kami. Selang waktu beberapa hari ternyata itu adalah hari terakhir q bertemu
dengan mu, karena dirinya harus ikut orang tuanya pindah kerja di luar kota,
mereka sekeluarga pindah. Aku tak lagi bisa melihat, tawanya,
marahnya, dan senyumnhya yang jutek, hari-hari berlalu, bulan berganti, tahun
demi tahun aku tak tahu kabarnya,,,
Namun q tetap menginggatnya, Suatu
saat ia kembali ke kota ku untuk berkunjung bersama keluarga nya, ia sempat
mampir datang ke rumah ku, apa daya q tak ada d rumah, aku bermain
bersama teman-teman tetangga ku, yang dulunya juga ia kenal tappi tidak begitu
dekat, ada yang memberitahu q bahwa ia datang.... ibu berkata itu si dia datang
, pulanglah dulu, tapi q tak mau pulang, q masih asik main bersama teman
tetangga ku, q pun bercerita kalau dia yang datang itu teman kita dulu yang
sering main bersama, tapi aku malu jika harus bertemu dengannya, tanpa sadar ia
menyusul menemui ku ketika itu...... tanpa menghiraukannya ia berjalan
menghampiri q tubuh yang kurus, kemeja hijau kotak-kotak dan celana
panjang hitam, ia kembali pulang, Maaf.......... bukan maksud q begitu pada mu.
Hingga saat itu dia tak pernah lagi
kembali berkunjung dan pulang kekota q. apalagi datang kerumah q.
Namanya tak pernah hilang dalam
benak q, aku meranjak remaja dan dewasa, kelas 3 SMA q dengar ia pindah sekolah
kembali ke kota ku bersama keluarganya, kami tak 1 sekolah, bertemu juga tidak
pernah, tak pernah lagi kami menyapa, melihat, bahkan orangnya pun aku tau,,,
dan akhirnya lulus sekolah, karena ia lebih tua dari q ia bekerja sambil
kuliah. Dunia sosial maya pun begitu membantu q mencarinya, mencari namanya
yang tak kunjung ku temukan....
Selang waktu, q menyerahhhh, ya
sudahlah suatu saat pasti kelak akan bertemu, akhirnya aku menemukannya, q tak
tau itu namanya aslinya, aku tak pernah tau selama ini,,, nama adiknya pun yang
biasa dulu bermain bersama adikku dan aku, Aku tambahkan ia sebagai teman, tapi
ia pun tak tau kalau itu q,,,, swuatu ketika ia menulis kan sebuah pesan,
meski itu di terima oleh adikku, dan adikku memberitahu q, sampai akhirnya ia
bertanya dan berkata,,, ini kamu, teman masa kecil dulu....
Aduhhhh rasanya ya
itu,,,,,,,,,,,,,,,,hmmmmm
Aku tak tahu, sejak kapan aku
menyukainya. Setiap ku tatap senja, hatiku selalu mengingatkan pada sesuatu
yang aku tidak ketahui sama sekali. Sepertinya kisah itu indah, tapi kenapa aku
tidak bisa mengingatnya?? Atau aku hanya bermimpi. Ini seperti ilusi, mungkin
aku berkhayal terlalu tinggi. Dan aku takut aku akan terjatuh dari hanyalan
semu itu.
Mengingat wajahnya samar-samar nama
kecilnya, namun bayangan masa kecil itu selalu menghantui. Setiap melihat anak
kecil bermain di bawah pohoon ini aku selalu senang, ada kecerian di wajah
mereka. Meski sering kali mereka berantem. Teman kecilku, dimana kau kini, lama
kita tidak pernah bertemu. Akankah kita akan bertemu suatu hari nanti. Namun
apakah engkau masih mengingatku??
Apa kabar kau disana?
Masihkah kau ingat dengan saat kita
bermain bersama? Masihkah kau juga mengingatku? Perempuan yang pernah mengisi
dunia masa kecilmu, dulu?
Namun sampai kapan aku harus di
sini, menatap senja yang terus berganti dari sudut rumah q menatap ke arah
rumahnya yang tepat di depan sudut rumah q . Pohon jambu di halaman depan rumah
ku itu t’lah di tebang dan kini tak ada lagi pohon jambu...Aku sendiripun tidak
tahu siapa dirimu kini, yang aku tahu engkau hanya teman bermain q dulu. Waktu
itu umurku masih 5 tahun dan sekarang sudah 22 tahun. Berapa lama aku melupakan
teman kecilku itu. Q pernah merasa bosan mengingat kamu selama ini, melupakan
mu adalah hal terlalu sulit,,, untuk mengingat wajahnya, namun nama kecilnya yang
q ingat. Ah sudahlah, semoga suatu saat nanti kita akan bertemu lagi. Buat apa
lagi aku harus disini, di kebisuan dan kesepian hati.
Apakah segala cerita tak berkesan
sama sekali menurutmu, hingga begitu mudahnya kau lupakan? Apa segala kisah
tentang masa kecil kita di tak pernah kau anggap mengesankan menurutmu, hingga
begitu mudahnya kau abaikan?
Kamu, musuh sekaligus teman masa kecilku yang saat ini masih terlihat
lugu dimataku. Dulu, aku dan kamu adalah ibarat ‘Tom &
Jerry’ yang selalu berselisih setiap hari. Kau tentu masih ingat, ketika q ikut
mengantarkanmu pergi sekolah bersama om (ortumu) menggunakan sepeda motor dan q
duduk di depan dengan PD_nya q bilang q ikut, mulut kita saling beradu
mengolok-olok satu sama lain, ketika aku sering mengejar dan meninju bahumu
dengan kasar, kau tentu juga masih ingat ketika kita bermain di bawah pohon
jambu.
Aku masih mengingat semuanya. Si
gadis kecil nakal, dan si lelaki kecil yang Pendiam, jutek dan jarang main
keluar. . . Ah! Begitu manis untuk di deskripsikan.
Tapi, tahukah kau? Adakah musuh yang
bisa membuat seseorang merasa gelisah bila seharian saja ia tak bertengkar dengan
musuhnya?
Hal itu, adalah hal yang sama yang
pernah kurasakan. Ketika seharian aku tak mendengar suaramu, tak melihat
sosokmu dan tak bisa berselisih denganmu lagi, saat itulah aku mulai
menganggapmu sebagai orang paling q ingat hungga saat ini. Apakah kamu juga
merasakan hal yang sama sepertiku? :)
Kamu, si pendiam yang jarang main di luar rumah. Sedikit
mengingatkanmu, barangkali kau lupa. Atau kamu masih mengingatnya? Seseorang yang
pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal. . .Aku sering menganggapmu musuh,
tapi seorang musuh yang selalu kupersepsikan spesial. Iya, sosokmu lebih pantas
disebut sahabat dari pada seorang rival. Aku bahkan terbiasa menghabiskan
masa-masa kecil bersamamu disini. . Kita bermain, saling mengolok, dan berbuat
onar apa saja yang kita suka, itu semua istimewa. Aku menikmati masa kecilku
bersamamu, harusnya kau tahu itu.
Hingga takdir memainkan skenario
penuh milikNya, aku dan kamu bukan anak kecil lagi. Kamu bukan si culun dan aku
bukan si preman seperti yang pernah kau katakan. Aku tak bisa seperti anak
kecil lagi yang tiap kamu datang, pasti bersorak kegirangan hendak mengejar dan
meninju bahumu. Sekarang, semua kisah telah berbeda.
Orang tua mu datang ke rumah ku,
pamit karena kan pindah (ayahnya dan ayah ku berteman satu kantor), tapi kau
menunduk tak sepatah kata pun kau ucapakan. Tolong jelaskan, kenapa hari itu,
kamu pergi tanpa izin, tanpa ucapan selamat tinggal? Aku sungguh tak bisa
berbuat apa-apa ketika kutahu kamu tak lagi tinggal. Setidaknya kau bilang,
mengucapkan selamat tinggal. Meskipun tidak mungkin kau lakukan, Tapi apa
salahnya?
Kamu tahu? Aku kehilanganmu. Aku
kehilangan musuh sekaligus sahabat masa kecilku, dulu. Nyatanya, aku
masih saja mengingatmu, aku masih sempat menyelipkan namamu dalam doa. Semoga
kau bahagia disana.
Aku tak pernah berharap banyak,
selain kau pulang ke kota ini lagi, dan berharap kamu masih mengingatku sebagai
sahabat masa kecilmu, dulu.
Terimakasih karena telah mewarnai
dunia masa kecilku dengan penuh warna, mengesankan. Bisakah kita mengulang lagi
masa-masa kecil kita yang menyenagkan seperti dulu ? :)
Diantara banyak pilihan untuk
menuliskan kata-kata
Aku justru menulis tentang sosokmu
Sesederhana itu
Isma_Rilitta